Maksimal melayani anda untuk info atau pesan TIKET PESAWAT sampai dengan jam 22.00 Wib dengan BONUS PULSA SETIAP HARI (GUNAKAN SALURAN KHUSUS SMS 24 JAM SETIAP HARI TERMASUK HARI LIBUR) ... dan pelayanan maksimal dengan free dokumentasi foto video di setiap WISATA & OUTBOUND bersama kami >>> SERVING YOU THE BEST
Minggu, 29 Juni 2014
Kamis, 12 Juni 2014
Wisata Religi mempertebal Iman
WISATA
RELIGI
MASJID
PINTU SERIBU
MASJID
KUBAH EMAS
(min 59 orang)
Rp.
100.000,-/org
Fasilitas :
1. Bus Pariwisata ( AC, DVD,
KARAOKE, RS )
2. BBM+Tol+Parkir+Tips Supir
3. Snack di Bus
4. Banner Kegiatan
5. Foto & Video Kegiatan
*.
Tidak termasuk : Makan siang untuk peserta
Selasa, 10 Juni 2014
Masjid Berkubah Emas
MASJID DIAN ALMAHRI ( MASJID KUBAH EMAS )
Dibangun di tepi jalan Raya Meruyung, Limo, Depok di Kecamatan Limo, Depok. Masjid ini dibangun oleh Hj. Dian Djuriah Maimun Al Rasyid, pengusaha asal Banten, yang telah membeli tanah ini sejak tahun 1996. dibangun sejak tahun 2001 dan selesai sekitar akhir tahun 2006. Dibuka untuk umum pada tanggal 31 Desember 2006, Kawasan ini sekitar 50 hektare, bangunan masjid ini menempati luas area
sebesar 60 x 120 meter atau sekitar 8000 meter persegi. Masjid ini dapat menampung kurang lebih 20.000 jemaah. Konon di Asia Tenggara masjid ini sebagai kawasan masjid termegah.
Masjid Dian Al Mahri memiliki 5 kubah. Satu kubah utama dan 4 kubah kecil. Seluruh kubah dilapisi emas setebal 3 milimeter dan mozaik kristal. Bentuk kubah utama menyerupai kubah Taj Mahal.
Kubah tersebut memiliki diameter tengah 20
meter, diameter bawah 16 meter dan tinggi 25 meter. Untuk 4 kubah kecil memiliki diameter tengah 7 meter, diameter
bawah 6 meter dan tinggi 8 meter. Dan di dalam
masjid ini ada lampu gantung dari Italia seberat 8 ton.
Relief hiasan di atas tempat imam terbuat dari emas 18 karat. Begitu juga pagar di lantai dua dan hiasan kaligrafi di langit-langit masjid. Mahkota pilar masjid yang berjumlah 168 buah berlapis bahan prado atau sisa emas. Pada bagian interiornya, masjid ini menghadirkan pilar-pilar kokoh yang
menjulang tinggi guna menciptakan skala ruang yang agung. Ruang masjid
didominasi warna monokrom dengan unsur utama warna krem, untuk memberi karakter ruang yang tenang dan hangat. Materialnya terbuat dari bahan marmer yang diimpor dari Turki dan Italia. Di tengah ruang, tergantung lampu yang terbuat dari kuningan berlapis emas seberat 2,7 ton[5], yang pengerjaannya digarap ahli dari Italia. Halaman dalam berukuran 45 x 57 meter dan mampu menampung 8.000 jemaah.
Arsitektur masjid mengikuti tipologi arsitektur masjid di Timur Tengah dengan ciri kubah, minaret (menara), halaman dalam (plaza), dan penggunaan detail atau hiasan dekoratif dengan elemen geometris dan obelisk,
untuk memperkuat ciri keislaman para arsitekturnya. Enam menara (minaret) berbentuk segi enam atau heksagonal, yang melambangkan rukun iman, menjulang setinggi 40 metegranit abu-abu yang diimpor dari Italia
dengan ornamen melingkar. Pada puncaknya terdapat kubah berlapis mozaik
emas 24 karat. Sedangkan kubahnya mengacu pada bentuk kubah yang banyak
digunakan masjid-masjid di Persia dan India.
Sumber data : ( http://id.wikipedia.org/wiki/Masjid_Dian_Al-Mahri )
Allah berfirman:
إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ اللَّهِ
مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَأَقَامَ الصَّلاةَ وَآتَى
الزَّكَاةَ وَلَمْ يَخْشَ إِلا اللَّهَ فَعَسَى أُولَئِكَ أَنْ يَكُونُوا مِنَ
الْمُهْتَدِينَ (سورة التوبة: 18)
“Hanya yang memakmurkan
masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari
kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut
(kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang
diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS
At-Taubah: 18)
Nabi sallallahu’alaihi wa
sallam bersabda:
مَنْ بَنَى
مَسْجِدًا بَنَى اللَّهُ لَهُ مِثْلَهُ فِي الْجَنَّةِ (رواه البخاري، رقم
450، ومسلم، رقم 533، من حديث عثمان رضي الله عنه)
“Barangsiapa yang membangun masjid, maka
Allah akan bangunkan baginya semisalnya di surga.” (HR. Bukhari, 450 dan
Muslim, 533 dari Hadits Utsman radhiallahu’anhu). Sumber data ( http://islamqa.info/id/146564 )
Senin, 02 Juni 2014
Part IV Menyusuri sejarah Masjid Pintu Seribu Tangerang
Selesai tawasulan...Saya mengikuti Jamaah yang berbondong-bondong keluar masjid ke tempat ruang berdoa yang kedua, sebuah lorong yang sempit dan gelap konon jika masuk ruangan ini tanpa pemandu maka akan tersesat tidak bisa keluar.
Di luar ruangan rombongan menunggu giliran masuk sampai rombongan yang di dalam keluar....ruangan gelap tersebut sanggup menampung sampai 70 orang. Karena suasanannya gelap maka sebelum masuk ada baiknya membawa senter sebagai penerangan...tapi kalau gak bawa dari rumah gak usah khawatir sudah ada kok yang jualan di situ.
Akhirnya setelah menunggu hampir 1 jam, rombongan masuk ke dalam ruang yang gelap gulita tanpa penerangan seakan kita memasuki alam kubur. Sesampainya di ruang Tasbih, pemimpin doa meminta rombongan untuk duduk tertib dan mematikan penerangan yang ada. suasana menjadi sangat hening dan mencekam. Kemudian pemimpin doa mengajak kita untuk instropeksi diri bahwa " kita mesti mengenal diri kita, kalau sudah bisa mengenal kita sendiri maka akan mudah mengenal Allah SWT, suasana gelap simbol kegelapan di alam kubur, mungkin di dalam ruangan ini masih ada yang dapat menolong kita karena kita hadir bersama-sama tetapi bagaimana kalau kita di alam kubur sendirian...siapa yang akan menolong kita selain amal ibadah kita sendiri yang tentunya menjadi cahaya kelak....."
Suasana menjadi makin hidmat dan sakral tak kala seluruh pengunjung bergantian dan bahkan bersahut sahutan terdengar suara menangis....menikmati tutur sang pemimpin do'a. Usai berdoa, lampu akhirnya dinyalakan nampak wajah wajah sembab terlihat di wajah seluruh pengunjung.
Seluruh rombongan keluar dari ruang gelap tadi dan mengakhiri kegiatan zirah di Masjid Pintu Seribu untuk kembali ke lapangan parkir Bus Pariwisata yang jaraknya dari Masjid lebih dari 500 meter. Namun untuk pengunjung yang tidak sanggup berjalan jauh, tidak usah khawatir karena di depan masjid sudah banyak ojeg yang menawarkan jasa untuk mengantar pengunjung ke parkiran bus.
Alhamdulillah....tuntas juga penjalanan Saya kali ini....semoga pengalaman Saya dapat menambah khasanah keislaman dan keimanan kita dengan mengikuti wisata religi bersama Jardinn Tour Travel. Silahkan menghubungi kami untuk segera merencanakan kegiatan ziarah anda.
Part III menyusuri sejarah masjid pintu seribu Tangerang
Masjid yang dikenal dengan
sebutan Masjid Sewu (seribu) sebenarnya bernama Masjid Nurul Yakin tentunya memiliki keunikan tersendiri jika dibandingkan dengan masjid masjid lain terutama di wilayah Banten. Seribu pintu yang menjadi daya tarik paling sohor dan juga terdapat tasbih berukuran raksasa
terpajang di salah satu sudut ruangan ini, dibangun tahun 1978 oleh seorang warga keturunan Arab, Al-Faqir warga sekitar memanggilnya. Beliau bergelar Mahdi Hasan Al-Qudratillah Al Muqoddam dan masih keturunan Syech Abdul Qodil Djaelani yang berarti masih keturunan
langsung Rasulullah sementara seluruh biaya pembangunannya ditanggung sendiri serta pengerjaannya tanpa arsitektur yang jelas alias tanpa blue print.
Soal pintu seribu...sampai saat ini tidak ada yang dapat memastikan apakah pintu masjid ini benar benar ada seribu, pengelola masjid pun tidak tahu persis berapa jumlahnya. Supandi S, seorang pengurus masjid bagian
publikasi menuturkan, hingga sekarang belum diketahui makna yang terkandung di
balik arsitektur masjid yang memiliki seribu pintu itu.
Tibalah Saya di pintu masuk masjid yang dibatasi oleh pagar tralis hitam, rasa penasaran pun semakin kuat yang membawa Saya untuk masuk ke dalam. Ruangan yang panjang dengan ornamen kaligrafi serta foto foto wali songo menghiasi dinding dinding...suasanan di dalam pun terasa sempit lantaran banyaknya penziarah yang wara wiri keluar masuk masjid.
Sebelum masuk ke ruang tawasulan...Saya di minta mengisi buku tamu terlebih dahulu terutama tamu rombongan diharapkan mengisi buku tersebut sebagai data jamaah dan kemudian petugas meminta penziarah untuk membaca terlebih dahulu himbauan pengurus masjid sebelum masuk ke dalam ruang berdoa.
persis di hadapan Saya ( di tempat penerima tamu ), pengurus masjid sudah menyiapkan ruangan ruangan yang dapat digunakan para penziarah beristirahat, lantainya cukup bersih dengan hiasan kaligrafi disekelilingnya.
Untuk memasuki ruang tawasulan kita harus menunggu untuk bergiliran masuk sebab pintu masuknya cukup kecil. Sebelum masuk para jamaah diminta berwudhu terlebih dahulu dengan tempat wudhu yang bersih walau pun harus bergantian karena tempat wudhunya tidak besar.
di dalam ruang doa ( tawasulan ) cukup panjang dan lebar seperti lorong..tetapi lagi lagi kita dihadapkan pada banyak pintu...pintu itu sebenarnya musholla musholla dengan ukuran 4 meter dan diberikan nama, seperti mushola Fathulqorib,
Tanbihul-Alqofilin, Durojatun Annasikin, Safinatu-Jannah, Fatimah hingga
mushola Ratu Ayu.
Di dalam masjid tidak ada makam seperti layaknya masjid masjid yang lain yang diziarahi karena ada makam kramatnya..justru si pendiri masjid ini sendiri tidak di makamkan di sini melainkan di tempat lain. Yang ada di depan jamaah adalah foto Syech Abdul Qodir Djaelani dan foto pendiri.
Di sepanjang ruangan kita akan banyak melihat angka 999, angka ini merupakan penggabungan jumlah Asma Allah yang berjumlah 99 dan 9 wali songo.
Kini, mushola di dalam masjid digunakan untuk
aktifitas pesantren, seperti Tawasul, Dzikir hingga pengajian rutin.
Bersambung ke part IV
Minggu, 01 Juni 2014
Part II Menyusuri Sejarah Masjid Pintu Seribu Tangerang
Jalan setapak diantara pesawahan ini sudah dikonblok rapi, namun mungkin karena struktur tanahnya yang labil membuat ada beberapa atau sebagian konbloknya bergeser, hilang sehingga jika terjadi hujan menyebabkan becek karena genangan air.
pada belakang masjid atau di sisi lain Masjid ini, nampak dibiarkan termakan usia...rapuh, tanaman ilalang tumbuh liar di bagian bagian bangunan.
sampai akhir ujung jalan menuju lorong ke arah Masjid....nampak gelap karena kalau siang lampu dimatikan . Dinding dinding yang masih kokoh nampak belum rampung pengerjaannya.
Tampak persimpangan antara pintu utama Masjid sebelah kiri ( ruang penerimaan tamu dan ruang tawasulan untuk berdo'a ) dan kesebelah kanan terlihat banyak jamaah berjubel menunggu antrian masuk ke sebuah pintu dengan ruangan gelap yang di dalamnya terdapat lorong-lorong yang menyerupai labirin. Namun sebelum ke sana, Saya mencoba berkeliling ke sisi sebelah kiri dari lorong penghubung tersebut untuk mengambil gambar dari bagian Masjid ini.
bersambung ke part III
Langganan:
Postingan (Atom)