Kota Jakarta memiliki banyak kawasan historis, salah satunya adalah Kawasan Kota Tua .Kota Tua Jakarta dimulai dari Pelabuhan Sunda Kelapa
dan berakhir di Taman Fatahillah. Sejarah panjang yang kini disebut kawasan lama atau kawasan
bersejarah atau kota tua bermula dari Pelabuhan Sunda Kelapa yang sudah
terkenal sejak abad ke-12 sebagai pusat perdagangan Kerajaan Hindu, yang
kemudian dikuasai oleh bangsa Portugis pada tahun 1512 hingga
penjajahan Belanda selama 350 tahun (1596-1945).
Seluruh kawasan tempat di mana Batavia berawal ini ditetapkan sebagai
situs dan dilindungi oleh SK Gubernur DKI Jakarta No 475/1993 mengenai
bangunan cagar budaya di DKI Jakarta yang harus dilestarikan. Sesuai Peraturan Gubernur No 34 Tahun 2006 tentang penguasaan,
perencanaan, penataan kota tua, luas kawasan bersejarah atau kota tua
Jakarta adalah 846 hektar. Batas sebelah Selatan adalah Gedung Arsip,
batas Utara adalah Kampung Luar Batang, batas Timur Kampung Bandan, dan
batas Barat di Jembatan Lima.
Di seputaran bekas pusat Batavia, ada bangunan Stasiun Jakarta Kota atau Beos yang pembangunannya kelar pada 1929. Menyusur kanal membayangkan awal abad 19 di mana kawasan Kali Besar tenar sebagai pusat bisnis, bisa jadi alternatif lain. Bangunan-bangunan tua di sisi kiri dan kanan kanal menjadi saksi sebagain sejarah Jakarta.
Lebih ke Utara, ada sisa Tembok Batavia, ada pula kampung yang seharusnya tetap lestari sebagai Kampung Tugu. Kampung ini masuk sebagai kawasan yang dilestarikan dalam SK Gubernur DKI No 475/1993. Disebut demikian karena, menurut Adolf Heuken, penulis sejarah Jakarta, di kawasan ini ditemukan Prasasti Tugu - peninggalan arkeologis tertua yang membuktikan pengaruh Hindu di Jawa Barat. Di kampung ini pula para mardijkers - tahanan yang sudah dibebaskan, dimerdekakan oleh Belanda - tinggal. Mereka kebanyakan keturunan Portugis.
Di seputaran bekas pusat Batavia, ada bangunan Stasiun Jakarta Kota atau Beos yang pembangunannya kelar pada 1929. Menyusur kanal membayangkan awal abad 19 di mana kawasan Kali Besar tenar sebagai pusat bisnis, bisa jadi alternatif lain. Bangunan-bangunan tua di sisi kiri dan kanan kanal menjadi saksi sebagain sejarah Jakarta.
Lebih ke Utara, ada sisa Tembok Batavia, ada pula kampung yang seharusnya tetap lestari sebagai Kampung Tugu. Kampung ini masuk sebagai kawasan yang dilestarikan dalam SK Gubernur DKI No 475/1993. Disebut demikian karena, menurut Adolf Heuken, penulis sejarah Jakarta, di kawasan ini ditemukan Prasasti Tugu - peninggalan arkeologis tertua yang membuktikan pengaruh Hindu di Jawa Barat. Di kampung ini pula para mardijkers - tahanan yang sudah dibebaskan, dimerdekakan oleh Belanda - tinggal. Mereka kebanyakan keturunan Portugis.
- Masjid Luar Batang
- Pelabuhan Sunda Kelapa
- Pasar Ikan
- Museum Bahari
- Menara Syahbandar (Menara Pelabuhan, yang dulunya berfungsi sebagai kantor pabean, atau pengumpulan pajak dari barang-barang yang diturunkan di pelabuhan)
- Kota Intan
- Kali Besar
- Museum Wayang (bekas Gedung Gereja Batavia)
- Taman Fatahillah
- Museum Keramik (bekas Gedung Pengadilan Batavia)
- Museum Sejarah Jakarta (bekas Gedung Stadhuis Batavia)
- Cafe Batavia
- Toko Merah
- Bank Chartered
- Museum Bank Indonesia
- Museum Bank Mandiri
- Stasiun Jakarta Kota (Stasiun Beos)
- Glodok dan Pinangsia Area (Jakarta Chinatown)
- Petak Sembilan
- Kuil Jin De Yuan (Vihara Dharma Bhakti)
- Gedung Chandranaya
- Gedung Arsip
Tidak ada komentar:
Posting Komentar