Situ gintung kini telah berubah menjadi kawasan wisata baru di selatan Jakarta, daerah ini berada di perbatasan Tangerang selatan dan Jakarta selatan . Seolah telah terlupakan banjir yang disebabkan jebolnya pintu air bendungan yang mengakibatkan ratusan jiwa meninggal yang terjadi tahun 2009 saat menjelang pemilu presiden dan masih dalam masa kampanye.
daerah yang dulu porak poranda kini menjadi kawasan wisata, area olah raga , jalan kaki ataupun bersepeda.
Saat ini air waduk belum terisi penuh baru terisi hanya sekitar 30 % dari
kapasitas waduk, disepanjang tanggul diberi jalan yang diperkeras dengan conblock
untuk para pejalan kaki dan pengendara sepeda, penerangan listrik di malam hari kian
menambah indahnya pemandangan.
dikala sore hari ataupun pagi hari saat libur, para pedagang berjejer
disepanjang tanggul menanti para wisatawan yang kelelahan , lapar dan
haus saat mengelilingi waduk.
Ekonomi masyarakat kini telah tumbuh kembali, seiring dengan dibukanya kembali area Situ
Gintung, para penjaja makanan rakyat, mulai soto, siomay, batagor, pecel
madiun, es kelapa, bakso, nasi uduk, nasi padang, gorengan, tahu bulat
serta para pedagang mainan anak kembali banyak terlihat.
Semua harga makanan tersebut relatif murah, berkisar dibawah Rp.10.000,- per porsi, bahkan ada pula nasi
megono (nasi bungkus dengan sayur terbuat dari nangka muda
dan teri) dengan harga Rp.1.500,- per porsi.
Nasi megono ini enak sekali dinikmati saat hangat di pagi hari, pedagangnya berada tepat di jembatan depan Masjid raya "Jabal Rahman" yang terletak didepan
pintu air waduk, yang dulunya hancur lebur diterjang air bah saat tragedi terjadi.
Penghijauan sendiri baru dimulai pada tangggal 21 Mei 2011 saat peringatan
hari air sedunia yang dihadiri Gubernur dan walikota Tangerang selatan.
saat pagi hari udara terasa bersih dan sejuk di sekitar waduk , sangat cocok untuk
berolah raga , jogging pagi dan bersepeda dengan medan yang menantang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar