Kamis, 13 Desember 2012

WISATA LAWANG SEWU DI SEMARANG

Lawang Sewu ( Pintu Seribu )






Gedung tua peninggalan Belanda itu berdiri tegak di dekat Bundaran Tugu Muda. Di jantung Kota Semarang, Jawa Tengah. Bergaya art deco, penampilannya kokoh, eksotis, dan mencolok -- dengan dua menara kembar menjulang, jendela tinggi dan besar yang berjajar, serta barisan pintu-pintu.

Orang menyebutnya Lawang Sewu yang secara harfiah berarti 'seribu pintu' -- meski nyatanya pintu yang ada tak sampai seribu. Dibangun tahun 1904 sampai 1907, awalnya, gedung ini dipakai sebagai kantor jawatan kereta api Belanda, Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij atau NIS. Setelah Jepang bercokol di Indonesia pada 1942, gedung ini diambil alih. Ruang bawah tanah gedung yang difungsikan sebagai saluran pembuangan air, sebagian diubah jadi penjara bawah tanah yang sarat cerita penyiksaan tahanan. Lawang Sewu juga jadi saksi sejarah Pertempuran lima hari di Semarang yang menewaskan ribuan jiwa di sekitar bangunan itu.

Setelah kemerdekaan ia berganti fungsi menjadi kantor Djawatan Kereta Api Indonesia (DKARI) atau sekarang PT Kereta Api Indonesia. Selain itu pernah dipakai sebagai Kantor Badan Prasarana Komando Daerah Militer (Kodam IV/Diponegoro) dan Kantor Wilayah (Kanwil) Departemen Perhubungan Jawa Tengah hingga tahun 1994. Setelah itu, sempat beredar isu akan diubah jadi hotel, Lawang Sewu malah kemudian dibiarkan kosong, tak terurus.


Saat berkunjung ke Semarang tempat yang tidak boleh dilewatkan untuk dikunjungi adalah sebuah gedung tua yang terletak di Simpang Lima Tugu Muda yaitu Lawang Sewu.
  Dulunya tempat ini adalah kantor Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS) yang dibangun pada tahun 1903 dan selesai pada tahun 1907. Tapi setelah kemerdekaan Indonesia gedung kuno ini digunakang sebagai kantor PT Kereta Api Indonesia. Ketika berlangsung pertemputan lima hari di Semarang, gedung ini dijadikan lokasi pertempuran melawan Jepang. Kenapa dinamai Lawang Sewu? Karena jumlah pintunya yang sangat banyak, tapi nggak ada yang tau berapa jumlah pintu yang sebenarnya.
Dari lantai satu lanjut naik menuju lantai berikutnya, dari atas gedung Lawang Sewu kita bisa melihat Simpang Lima Tugu Muda yang sudah mulai sepi karena memang hari sudah malam.

  Ruang Pembantaian Dulu ruangan tersebut digunakan oleh penjajah untuk membunuh para tawanan-tawanan dari Indonesia. Tempatnya cukup membuat merinding. Biasanya pemandu akan meminta ijin apakah kita diperbolehkan masuk atau tidak. Tapi untuk kali ini yang saya lihat semua orang bebas keluar masuk ruang pembantaian, tentu saja dengan ditemani oleh pemandu.

Dari gedung yang terletak di depan bergeser menuju gedung yang ada di belakang dengan yang dihubungkan dengan sebuah jembatan. ruangan berikutnya yang disebut lorong kereta, Dinamai lorong kereta karena saat kita di depan pintu tersebut pandangan akan lurus terus berupa pintu-pintu yang membentuk sebuah lorong yang sangat panjang. 
Sebenarnya ruang bawah tanah ini digunakan sebagai penjara. Terdapat dua macam penjara yang ada di ruang bawah tanah, yaitu penjara duduk dan penjara berdiri. Untuk penjara duduk tingginya mungkin hanya 1 meter lalu ada tutupnya di atasnya. orang yang dipenjara disitu akan berjongkok selama dipenjara dan berjubel dengan banyak orang. Sementara itu untuk penjara bediri tingginya sangat cukup untuk saya dengan tinggi badan 177cm, hanya saja lebarnya sangat sempit. Sewaktu saya coba dengan teman saya masuk bersamaan berdua saja sudah sangat sempit, tapi katanya untuk penjara berdiri ini bisa diisi 4 sampai 6 orang. Bisa dibayangkan sendiri bertapa tersiksanya orang-orang yang dipenjara saat itu.


Selain itu di ruang bawah tanah juga terdapat tempat untuk pemenggalan kepala. Yah, pemenggalan kepala para tahanan yang ada disini. Kemudian kepala yang sudah dipenggal tersebut dibuang ke dalam sungai yang ada di belakang Lawang Sewu melalui ventilasi-ventilasi yang ada. Karena itulah ruang bawah tanah ini dianggap sebagai tempat yang paling mengerikan di Lawang Sewu. 
Tempat penyiksaan dan penjara.
1. Penjara berdiri : tahanan (yang pastinya orang indonesia) dimasukan kedalam ruangan kurang lebihberukuran lebar 1×1 meter sebanyak 6 orang. Mereka lalu di beri air selutut kemudian di kurung berdiri. Dengan ukuran sesempit itu maka tidak mungkin jongkok, seandainya jongkok pun mereka akan terlelap air. Mereka akan dikurung sampai meninggal.
2. Penjara jongkok : tahanan harus duduk jongkok di ruangan kurang lebih selebar 1,5 m dan setinggi 1 m sebanyak 7- 8 orang dan juga dikurung sampai meninggal.
3. Tempat pemasungan kepala : tahanan yg membandel, akan dilakukan pemasungan kepala, didalam sebuah bak. Saat itu saya masih melihat alat pasungnya yg sudah berkarat. Setelah di pasung kemudian badan dan kepala secara diam2 di tenggelamkan ke sungai dengan jalan bawah tanah.
4. Perantai Badan : Tempat merantai badan, kemudian mereka disiksa, baik di cambuk disundut rokok, atau cara2 menyedihkan lainnya.
Masih banyak lagi ruangan2 yang lain, namun itu yg ruangan plg berkesan bagi saya.
Dulunya tempat itu merupakan tempat penampungan air oleh tentara Belanda.
Namun tentara Jepang menjadikannya tempat penyiksaan.
Yang baru diketahui setelah Pemerintahan Jepang angkat kaki dari Indonesia yaitu sekitar tahun 1945 .

1 komentar: